Amarah Yang Di Pulihkan
Bahan Bacaan Dari Kitab : Mazmur 4:5
Amarah adalah emosi yang disebabkan oleh pertentangan terhadap seseorang atau perasaan karena diperlakukan tidak adil. Kadang kita tidak bisa menerima atau pun merasa tidak nyaman dengan perlakuan semena-mena orang lain terhadap kita. Pernahkah anda marah? Pasti pernah bukan? Yesus sendiri pun pernah marah. Oleh karena itu, jika kita pernah marah terhadap seseorang, maka sebenarnya itu hal yang wajar. Marah boleh, tetapi marahlah bedasarkan kehendak Tuhan. Pasti kita bertanya, bagaimana sebenarnya amarah yang berdasarkan kehendak Tuhan itu? Marah pastinya akan menimbulkan dosa kan? Dan dosa itu sendiri bukanlah hal yang dikehendaki Tuhan. Pada suatu waktu kita marah terhadap sesama karena beberapa hal hingga pada akhirnya kemarahan kita itu menimbulkan dosa. Tuhan tidak melarang kita untuk marah, tetapi marahlah dengan tidak berbuat dosa.

Apakah Marah Bukan Dosa
Lah apa artinya coba??? Pasti kita berpikir seperti itu. Mana mungkin kita marah tetapi tidak berbuat dosa? Salah satu yang sudah pasti bahwa ketika kita marah maka bibir kita mengatakan hal yang tidak baik bahkan menimbulkan dendam. Tetapi kata Tuhan bisa, alih-alih melampiaskan secara frontal, namun kita perlu melampiaskan marah dengan beberapa hal yang Tuhan kehendaki yaitu:
1. Berdoa
Berdoa bagi orang yang mengecewakan bahkan yang menyakiti kamu sekalian, maka amarahmu akan di perbaiki oleh Tuhan dengan Kasih setianya.
2. Mengampuni
Mungkin sulit bagi kita mengampuni orang yang telah mengecewakan dan menyakiti kita. Ketika kita marah terhadap seseorang bukan pengampunan yang terjadi, melainkan dendam dalam kehidupan kita. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan lebih dulu mengampuni kita dengan pengorbanan yang dia lakukan terhadap kita. Alangkah kita harus meneladani Dia karna pengampunan yang kita lakukan tidak akan sama seperti yang Dia lakukan untuk kita.
3. Dan yang terakhir yaitu janganlah kita perpanjang waktu amarah kita terhadap seseorang apalagi memiliki dendam berlarut-larut terhadap sesama, karena hal itu menimbulkan ketidakdamaian di dalam Kristus. Apa gunanya mengampuni di muka kalau di dalam hati masih ada bara api yang menyala-nyala. Kiranya kita belajar ikhlas agar jangan berlarut-larut dalam amarah, karena amarah dapat membawa kita ke dalam dosa yang besar yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Harus Benar-Benar Belajar
Maka dari itulah kita harus benar-benar belajar bagaimana cara mengendalikan Amarah yang kita alami dalam kehidupan kita, baik senang maupun sedih. Kita harus benar-benar mengandalkan Tuhan dalam hidup kita agar kita berkenan di hadapannya, dan kita menjadi anak-anak Tuhan yang patuh akan segala perintah yang dia ajarkan kepada kita, dan janganlah marah yang kita alami sampai merugikan orang lain juga diri sendiri, karena Tuhan tidak pernah mengajarkan untuk melampiaskan marah secara sembarangan kepada kita anak-anaknya. Maka, kita juga harus belajar mengikuti seperti yang di lakukan Tuhan. Kita harus mencontoh Tuhan Yesus yang lemah lembut dan mampu mengendalikan diri.
Lalu Bagaimana Amarah Yang Di Pulihkan
Cara memulihkan diri dari amarah yang kita rasakan yaitu: berusaha bersabar, tenang, dan mengendalikan diri, dan selalu belajar meyerahkan segala masalah kita kepada Tuhan yang maha kuasa. Kita juga harus menjadi berkat bagi sesama, jangan malah sebaliknya! Saya percaya kita mungkin akan sulit mengendalikan amarah. Maka kita perlu menyerahkan diri pada Tuhan agar semuanya dapat kita dapat melewati kondisi apa pun. Kita juga perlu belajar memaafkan segala apa yang telah terjadi dalam hidup kita. Semoga saya dan saudara diberkati oleh Tuhan agar hal-hal yang membuat kita jauh dari Tuhan dapat kita tinggalkan. Apa yang Tuhan kehendaki dalam renungan ini adalah agar setiap kita orang percaya tidak menaruh amarah di dalam hati, mau memaafkan kesalahan orang lain terhadap kita, maka Tuhan akan memperbaiki hidup kita. Kita percaya bahwa tidak ada yang sempurna dalam hidup ini, namun justru dalam ketidaksempurnaan itu kita harus belajar menjadi sempurna di hadapan Tuhan. Amin.
Penulis Nofanolo Halawa